Be Careful What You Wish For

15.54

Tiga tahun lalu, tahun 2009, ketika udah lulus kuliah, pas sibuk nglamar kerjaan kesana kemari, tujuan utama saya adalah kerja di bank... Sampe pernah nolak tawaran kerja yang tanpa wawancara, tinggal masuk aja, di perusahaan bergengsi pula, belagu amat yak saya waktu itu... Ya abis gimana dong, namanya pun nggak sreg di hati dan perasaan. Setelah nggak keterima di salah satu bank inceran saya (nggak lolos wawancara akhir), saya jadi agak ilang semangat buat berburu lowongan kerja lagi. Kalaupun ada job fair gitu, lagi-lagi incerannya ya ke bank-bank itu. Saat itu belum tertarik ke perusahaan yang bergerak dalam bidang selain perbankan. Alesannya sih cuma satu, karena perusahaan-perusahaan itu jarang yang ada di Jogja. Makanya waktu ditanya, kerjaan apa yang saya inginkan, jawaban saya cuma satu, saya pengen kerjaan yang kantornya di Jogja, tapi bisa jalan-jalan juga ke tempat-tempat lain di Indonesia (alias keliling-keliling).
Dan sekarang, tiga tahun kemudian, di pekerjaan saya yang sekarang, letak kantor saya di Jogja, 30 menit dari rumah, dengan frekuensi keluar kota (atau pulau) bisa sebulan sekali, bahkan bisa lebih dari itu. Tuh kan terkabul, emang kalau ngomong harus hati-hati yah....
Tahun pertama keliling-keliling gitu, rasanya seneng dan takut. Kayak anak kecil yang dapet mainan baru. Lumayan lho, travelling gratisan. Ke tempat yang bahkan belum pernah saya bayangin sebelumnya. Bukan hanya Jakarta atau ibu kota Propinsi macam Bandung dan Denpasar, tapi juga ke kabupaten-kabupaten atau kota yang bahkan belum pernah saya bayangin atau denger sebelumnya. Macem Luwu Utara, yang nggak jauh dari Toraja atau ke Gorontalo.
Tahun kedua, makin seneng dong. Apalagi kalau tempat dinasnya ke Jakarta atau Bandung. Bisa kalap belanja saya. Ya kan dari lahir sampai lulus kuliah, saya nggak pernah kemana-mana. Baru setelaj kerja, saya bisa ngliat luasnya Indonesia. Masih seneng juga kalau disuruh naik pesawat. Soalnya favorit saya adalah ngliat pemandangan dari atas. Cantik lho, melihat laut atau awan dari jendela pesawat. Sampai saya mengalami pengalaman terjebak di turbulensi untuk pertama kalinya. Nggak cuma sekali, tapi dua kali. Sekarang sih udah nggak begitu inget, tapi badan saya masih inget. Jadi sekarang, merasakan goncangan dikit aja langsung parno sendiri.
Tahun ketiga, mulai deh merasakan capeknya dinas ke luar kota. Ya abis, baru juga nyampe rumah udah disuruh berangkat lagi. Pernah, dalam dua hari rute saya adalah PLMB-CKG-JOG-CKG. Jadi hari ini dari Palembang pulang ke Jogja, nyampenya malem. Paginya udah balik ke Jakarta lagi. Malah kadang, ada perjalanan dinas yang dadakan. Berangkat besok, pemberitahuannya baru hari ini. Bahkan saya pernah, berangkat siang, paginya saya baru ribet nyari tiket. Sampai kadang begitu pulang dari luar kota, saya malah ngrasa asing ada di rumah.
Menulis kayak gini, bukan bermaksud mengeluh lho ya... Apapun yang saya jalani sekarang, memang wajib saya syukuri. Saya termasuk beruntung, udah penah melihat sedikit wilayah Indonesia yang luas ini. Nggak harus keluar biaya pula untuk urusan transport dan akomodasi. Moral of  the story, be careful what you wish for.... Karena kalaupun kejadian, belum tentu akan seindah dan seenak yang dibayangin ketika mengucapkannya.

You Might Also Like

0 komentar