Banyak banget yang pengen saya tulis di blog sebenarnya. Cuma, nulis di blog nggak segampang nulis caption di Instagram sih. Jadinya ide-ide yang mau ditulis, keburu menguap gitu aja. Contohnya, waktu saya tugas di Padang beberapa waktu lalu. Pengen banget ditulis, tapi ya itu, begitu mau nulis, keburu nggak mood. Belum lagi, foto-fotonya belum saya edit. Apalah sebuah post blog tanpa foto kan. Karena itulah, semua yang mau saya tulis sepanjang tahun 2018, saya rangkum di sini aja ya. Untuk foto-foto, menyusul deh, kalau udah saya edit.


So, what's going on in 2018? Hmmm.... banyak sih. Kalau mau dirangkum kurang lebih begini nih.

1. Untuk kerjaan, tahun ini nggak se-hectic tahun-tahun sebelumnya. Alhamdulillah. Bener-bener saya nikmatin. Setelah tahun-tahun sebelumnya, kerjaan itu kayak nggak ada habisnya, tahun ini saya bisa agak bernafas lega. Lagipula, saya juga lagi nggak ada target apa-apa di tahun ini. Let it flow aja. Makanya, saya seneng-seneng aja bisa agak nyantai-nyantai dikit hehehehe....

2. Setelah tahun 2017, batal ke Padang. Tahun ini saya malah beberapa kali bolak-balik Padang dalam rangka urusan kerjaan. Sekali ke Kabupaten Pasaman, sekali ke Kota Bukittinggi, dan empat kali di kota Padang. Sampai tiap ke sana, oleh-oleh wajibnya adalah keripik sanjai. Kesan saya selama di Padang kemarin, beneran makanan khas Padang itu memang enak di sana (meskipun nggak semua tempat sih). Favorit saya, bumbu rendang pakai ubi yang dipotong kecil-kecil terus digoreng kering. Lalu ada dendeng batokok, yang dendengnya harus kering. Terus, lontong sayur yang wajib pakai kerupuk merah. Terus ada keripik sanjai rasa jagung bakar. Terus sale pisang di Keripik Shirley itu enak banget.  Hahahaha... jadi makanan semua. Lalu, yang khas dari Bukittinggi, apalagi kalau bukan sulamnya. Kemarin, malahan dapat tips dari uda-uda yang jualan mukena di pasar, membedakan mukena asli buatan Padang sama yang buatan Tasik. Terus, pemandangan keluar dari kota Padang itu, indaaahh banget. O, iya sama satu lagi, di Padang ada toko oleh-oleh bernama 4x7, yang meskipun letaknya agak masuk-masuk ke dalam, tapi oleh-oleh di sana harganya murah dan cici yang jual baik banget.

3. Akhirnya, tahun ini pertama kalinya saya menjejakkan kaki di Pulau Kalimantan. Tepatnya di Balikpapan. Alhamdulillah, kesampaian juga keinginan buat ke Kalimantan. Alhamdulillah lagi, perjalanan ke sana kemarin serba pas. Jadi, kemarin ke Balikpapan memang dalam rangka kerjaan. Sekilas soal kerjaan, kemarin kerjaan utama adalah ke sekolah. Nah, sekolah yang saya kunjungi adalah sebuah SMA. Pas banget, kemarin itu adalah masa-masa class meeting buat anak-anak itu. Jadinya seru, liatin mereka lomba-lomba gitu. Jadi flashback pas masa-masa saya SMA. Serunya lagi, kemarin sebagai base camp tempat kerja adalah di perpustakaan. Mana perpustakaannya enak banget, isinya bukan cuma buku pelajaran, tapi ada komik, novel sama majalah. Gimana saya nggak kesenengan kan. Selama 3 hari, kerjaan saya (setelah kerjaan utama selesai) adalah baca komik sama majalah (lagi nggak mood baca novel soalnya). Dan ya ampun, komik-kimik serial cantik itu, kenapa ceritanya cringey sekali sih. Kenapa ceritanya cetek sekali, cuma soal cowok (tapi tetep aja dibaca sampai habis sih). Serunya lagi, seharian diputerin lagu-lagu yang masa kini. Terus, saya juga sempet nyobain jajan di kantin. Bener-bener nostalgia jaman SMA deh.
Selain cuma kerja, kemarin saya juga diajakin jalan-jalan. Salah satu tempat yang dikunjungi adalah Penangkaran buaya. Pas ke sana, sore-sore gitu. Udah mau tutup sebenarnya, tapi kami masih diijinkan masuk. Serunya dapat guide yang baik. Gimana nggak baik, dia manggil buayanya, boar kami bisa nonton. Iya, nggak salah baca kok, jadi buaya-buaya itu dipanggilin sama dia, supaya mendekat. Tapi tetep ya, kami ada di luar kandang buaya-buaya itu. Dan hebatnya, beneran lho, yang tadinya nggak kelihatan buaya di manapun, begitu dipanggil, buaya-buaya itu muncul di permukaan air dan berenang mendekat. Agak-agak ngeri gimana gitu. Tapi untungnya, dibatasi sama tembok yang tingginya kurang lebih 1,5 meter. Setelah puas liat-liat buaya itu, kami ditawari buat foto sama anak buaya. Saya sih nggak berani, daripada malamnya nggak bisa tidur.
Setelah puas lihat buaya-buaya itu, saatnya wisata kuliner. Kuliner terkenal dari Balikpapan adalah kepiting dan seafood. Eh, tapi iya lho, makan ikan di sana enak banget rasanya. Terus kepitingnya gede-gede banget. Nggak cuma hari itu aja, kami ditraktir kepiting, besoknya dimasakkin lagi kepiting sama salah satu guru dari SMA itu. Imho, malahan enakan masakan gurunya daripada yang di restoran. Jadi-nya 2 hari berturut-turut puas makan kepiting. Alhamdulillah, saya nggak ngerasa kolestrol naik. Soalnya, pas pulangnya saya masih bungkus Kepiting Kenari. Kan berabe, kalau tiba-tiba kolestrol naik. Hari terakhir sebelum pulang, kami masih wisata kuliner lagi. Kali ini makan nasi kuning. Awalnya, saya underestimate, karena warungnya kecil. Tapi saya salah, biarpun warungnya kecil, ternyata udah melegenda di Balikpapan. Nama warungnya Nasi Kuning Haji Daud. Kemarin kami diajak ke warung yang di deket Pasar Kebun Sayur. Begitu masuk ke warung, kita tinggal bilang pengen nasi kuning atau lontong sayur dengan lauk apa. Kemarin, saya nyobain nasi kuning dengan lauk ayam. Setelah datang dan nyobain, suapan pertama, ya ampun, nasi kuning-nya enak banget. Nasi kuningnya gurih banget dan pulen. Nulis ini aja, saya masih kebayang-bayang rasanya. Padahal awalnya, saya berniat mau pesen setengah porsi lho, eh tapi kemarin 1 porsi aja kurang. Makan nasi-nya aja, tanpa lauk udah enak bangeettt... Seriusan, nasi kuning ini wajib dicoba kalau ke Balikpapan. Terus, teh-nya rasanya juga unik. Mirip sirup frambosen. Unik, tapi enak.

4. Tahun ini mulai buat belajar soal investasi. Awalnya, saya punya waktu buat baca-baca soal financial planning dan investasi. Tahu kan quote terkenal "don't put your eggs in one basket". Nah, saya berencana biar ada diversifikasi buat menyimpan tabungan saya. Dulu pernah baca-baca soal reksadana. Dari yang saya baca, reksadana ini bisa untuk melawan inflasi. Apalagi kalau return-nya lebih tinggi dari inflasi. Akhirnya dengan modal nekat hasil baca sana sini, saya buka RDI di salah satu perusahaan sekuritas. Waktu itu, demi kemudahan saya buka di Indopremier. Setelah proses pendaftaran disetujui, mulailah saya beli reksadana. Udah dinggarkan juga, per bulan harus nabung berapa di reksadana ini. Karena, sekalian pengen belajar lewat praktek, saya ambil 4 macam reksadana. RDPU, RDPT, RD campuran dan RD saham. Kalau RDPU dan RDPT buat jangka pendek, yang 2 terakhir, niatnya buat jangka panjang.
Nggak lama setelahnya, setelah scroll di IG, saya jadi tertarik buat follow Jouska di IG. Ooo iya, menurut saya Jouska ini boleh lho dicoba buat diikuti. Soalnya, banyak banget ilmu baru yang bisa dipelajari. Setelah follow, dan baca-baca highlight insta story-nya, di situ di bahas perbedaan investasi di reksadana dan saham. Kalau dari yang saya baca, lebih direkomendasikan buat investasi di saham. Cuma, awalnya saya mikir, males ah investasi di saham. Susah terus mahal juga (pikiran saya waktu itu). Sampai akhirnya, saya ikut kelas keuangan yang diselenggarakan oleh Jouska. Namanya money talk Jouska (boleh lho dicoba ikut, karena nambah ilmu banget). Di situ dijelasin kenapa kita harus investasi langsung di saham. Penjelasan singkatnya, kalau lewat reksadana, maka return yang akan kita dapatkan nggak sebesar kalau kita investasi langsung di saham. Secara logika iya bener juga sih. Dan, dijelaskan juga, investasi di saham nggak sesulit yang dipikirkan kok. Ooo iya, bukan berarti investasi di reksadana sama sekali nggak boleh lho. Investasi di RDPU masih disarankan kok.
Setelah ikut kelas-nya Jouska, saya jadi cari informasi soal saham ini. Sampai akhirnya baca kampanye Yuk Nabung Saham dari BEI. Ternyata nabung saham memang gampang. Tapi, nggak lantas asal beli ya. Sebelum beli saham, kita wajib belajar dulu soal analisis fundamental. Buat menentukan saham mana, yang fundamentalnya bagus. Karena kalau fundamentalnya bagus, secara jangka panjang akan menguntungkan. Mulai deh saya belajar lagi. Sampai sekarang juga masih belum paham-paham banget sih. Tapi, saya mutusin buat beli saham-saham blue chip aja. Oo iya, satu akun lagi yang wajib di-follow kalau baru mulai belajar saham adalah @ruang_saham. Penjelasan di akun itu gampang dipahami. Kedua akun yang saya tulis itu, akun yang netral ya, dalam artian mereka tidak menjual produk apapun. Murni, memang untuk edukasi. Sampai sekarang, Alhamdulillah, yang RDPU dan RDPT masih saya terusin, ditambah buat nabung saham. Paling seneng itu, kalau berhasil beli saham pas harganya murah. Satu lagi yang nyenengin dari nabung saham, yaitu dapat dividen. Meskipun belum banyak, tapi seneng bisa dapat penghasilan dari saham. Target saya, setelah nabung di reksadana dan saham, adalah beli sbr atau sukuk yang diterbitin pemerintah. Karena selain prinsip "don't put your eggs in one basket", apa salahnya kita membantu pemerintah buat mendanai pembangunan. Daripada nyalahin pemerintah terus, paling nggak dengan beli sbr, kita justru membantu pemerintah buat mendanai pembangunan.

Huaaa.... panjang juga ya kalau dirangkum gini. Yang saya tulis di atas, memang highlight-nya aja sih. Atau bisa dikatakan, yang paling memorable.. So, adios 2018 and welcome 2019. 2019 please be nice to me.

Holaaa.... Long time no see. Akhirnya ada juga keinginan buat nulis lagi di blog. Sebenernya saya pengen banget nulis pas ke Sumbar beberapa bulan terakhir. Tapi kalau nulis aja, tanpa ada foto-foto, kayaknya kurang lengkap kan yaa.. Makanya tulisan ke sumbar mandeg jadi tulisan di draf aja, belum dilanjutin lagi sampai sekarang.

Nah, sekarang nulis yang lain dulu aja deh. Jadi ceritanya, beberapa bulan terakhir saya nyoba-nyoba jualan di online shop. Alasan kenapa akhirnya nyoba-nyoba jualan banyak sih. Di antaranya pengen belajar buat punya penghasilan lain di luar pekerjaan kantor. Alasan lainnya, menyalurkan hobi belanja online. Daripada saya jadi konsumtif belanja-belanja terus, mending belanja produktif kan ya, belanja tapi bisa dijual lagi buat menghasilkan uang. Kan win-win solution tuh (menurut saya). Karena masih belajar, biar gampang dan modalnya nggak banyak saya pilih buat jadi reseller jilbab voal print. Kan lagi ngehits tuh, jilbab voal print. kebetulan juga, jilbab merk x yang saya jual ini, di kota saya belum ada reseller-nya. Pas awal-awal saya udah optimis tuh, pasti cepet laku. Ternyata enggak dong. Banyak hal-hal yang jadi saya pelajari setelah nyoba jualan gini. Iya sih, pengalaman saya belum ada apa-apanya sama yang udah jualan lama. Tapi memang jadi pengalaman berharga sih. Apa aja sih yang saya alami?

1. Reseller dari brand yang udah punya nama (bukan brand yang baru ya) belum tentu jaminan produk kita laku.
Ekspektasi awal saya pas jualan, pasti cepet nih perputaran barangnya. Realitanya, nggak segampang itu lho menjual barang. Awal-awal saya jualan, follower masih sedikit (sampai sekarang juga belum yang banyak banget sih) jadi udah promo macem-macem juga lama lakunya. Akhirnya selain jualan online, saya coba tawarin ke tetangga atau saudara. Nggak mudah juga. Alasannya sih soal harga. Menurut mereka harganya termasuk mahal. Padahal memang segitu itu harga pasarannya. Waktu itu rasanya kayak udah putus asa deh, pengen berhenti aja. Tapi pas saya cuekin, lama-lama ada 1 atau 2 orang yang nanyain dan akhirnya beli. Rasanya waktu itu seneng banget. Awalnya saya kan pesimis banget, jilbab modal jualan apa bisa laku terjual semua, tapi akhirnya dari "kulakan" batch awal itu, sekarang tersisa 1. Pelajaran yang saya ambil, jualan itu memang harus sabar. Kadang nggak nyangka aja, tiba-tiba aja ada pembeli yang datang. Sampai sekarang, saya juga belum ketemu sih pola penjualan yang efektif kayak apa. Masih coba-cobalah.

2. Customer itu macam-macam ya sifatnya
Tipe-tipe customer itu macem-macem. Intinya sih, tipe customer itu dibagi 2, customer menyenangkan dan menyebalkan.
Customer menyenangkan itu
- Customer ramah dan efektif
    Customer yang kayak gini, biasanya cuma menanyakan apakah masih ada barang yang dimau, kalau masih ada, langsung deal dengan ngirim format order, lalu transfer sesuai jumlah yang diberikan.
- Customer sopan
Customer yang nanya-nanya, meskipun akhirnya nggak jadi beli tapi ngasih kabar dan ngucapin terima kasih. Ini masih sopan kalau menurut saya, soalnya sebagai seller saya nggak di-PHP-in.
- Customer jadi langganan
Ini nyenengin nih. Apalagi kalau orangnya sopan terus dia nggak cuma beli sekali. Kalau customer yang kayak gini, kadang malah saya tawarin mau ikut pre order sekalian nggak, kalau saya mau restok barang.

Nah sayangnya, lebih banyak tipe customer menyebalkan. Contohnya ya:
- Customer yang CLBK (chat lama beli kagak)
Udah beberapa kali saya ngadepin customer yang kayak gini. Bermula dari nanya-nanya, minta detail barang, minta foto barang (padahal di instagram juga ada), nanya deskripsi barang sampai detail dan meskipun udah dijawab dengan sesopan mungkin, terus tiba-tiba ngilang gitu aja, nggak ngasih kepastian, jadi beli atau enggak. Ngadepinnya cuma bisa sabar
- Customer yang labil
Yang termasuk tipe ini adalah customer yang udah dikasih totalan yang harus ditransfer, terus nggak jadi beli, dibatalin gitu aja. Kalau ngadepin customer kayak gini sih. Ngadepinnya cuma bisa sabar (2)
- Customer PHP
Kalau yang udah kejadian sih, habis nanya-nanya ketersedian barang terus orangnya ngajakin COD, tapi habis itu ngilang nggak ada kabar. Jadi yang awalnya udah dikasih harapan, jualannya laku, eh habis itu yang bersangkutan nggak ngabarin lagi, jadi nggak sih COD-nya.

3. Jualan itu harus kretaif
Iya, jualan itu harus kreatif demi menghasilkan laba. Jadi namanya reseller itu kan ada minimal pembelian jumlah barangnya. Karena ada minimal pembelian, maka keuntungan penjualan pun udah di tetapkan. Di sini saya harus muter otak, gimana memaksimalkan laba jual.

4. Kegoda barang dagangan sendiri
Huhuhuhu... ini nih godaan yang berat. Apalagi kalau motifnya bagus-bagus. Biasanya saya jadi tergoda buat diambil sendiri.

Meskipun baru sebentar, saya jadi belajar banyak dari menjalani bisnis ini. Termasuk belajar ulang pelajaran kuliah buat bikin pembukuan. Yang ternyata, kenyataan itu nggak semudah pelajaran di text book. Harapan saya sih, semoga bisnis saya ini lancar, ketemu customer yang baik-baik yang nggak PHP-in terus, tapi malah repeat order. Menjalani bisnis ini juga ngingetin saya, supaya ngak jadi customer yang ribet dan menyebalkan buat penjual yang lain. Sekian dulu curhatan saya hari ini. Kapan-kapan saya cerita-cerita lagi ya..

Mau cerita yang ringan-ringan ah. Tadi pagi pas baca caption sese-akun di instagram, langsung pengen ketawa, soalnya bener banget sih. Jadi captionnya itu tentang foto surat/kartu identitas yang nggak pernah oke. Kenapa saya ngerasa bener banget, karena saya juga gitu. Perasaan foto ijazah dari zaman SD sampai foto id card tempat kerja kok nggak ada yang oke sih hasilnya.

Paling zonk itu foto ijazah SMA. Jadi waktu itu buat dijazah diorganisir sama sekolah. Fotonya pun dadakan, tanpa pemberitahuan sebelumnya. Karena dadakan, manalah sempet buat rapi-rapi dikit. Udah gitu fotonya pun di aula yang rada gelap gitu. Alhasil, hasil fotonya pun ya gitu deh, bikin sebel. Soalnya wajah berminyak di dagu jadi kelihatan. Terus kalau dicetak, hasilnya area yang berminyak itu jadi lebih gelap. Udah gitu tanpa poni lagi, Padahal biasanya foto id saya pakai poni lho. Mana nggak bisa dituker pula pakai foto lain.

Saya heran deh, kenapa ya kalau foto buat surat atau id card gitu, hasilnya agak aneh. Padahal kalau foto biasa lumayan bagus lho. Apa mungkin kalau foto id itu bawaannya spaneng, nggak rileks? Atau mungkin karena nggak bisa lihat hasil fotonya, jadi nggak bisa diulang-ulang? Masih jadi misteri sih sampai saat ini.

Makanya, saya rada males kalau disuruh bikin foto id. Boleh nggak sih, foto pakai kamera hp terus diedit sendiri. Ada yang punya pengalaman yang sama kah, kalau di foto biasa bisa cakep, tapi kalau bikin foto ID, ya gitu deh?

Lap-lap debu di blog. Saking lamanya saya nggak mampir ke sini. Habis enakan curhat di instastory sih, soalny pendek-pendek terus ilang dalam 24 jam. So, how is life recently?

1. Life is a choice. 
Dan setiap pilihan selalu ada risikonya. Risikonya termasuk anggapan orang terhadap pilihan yang diambil. Serius lho, kadang-kadang saya capek mikirin pendapat orang. Tapi kalau saya masa bodo gitu saya khawatir kalau diomongin orang atau dikucilin. Ribet ya? Memang iya sih. Mana kesannya receh banget pula. Capek mikirin pendapat orang terus jaga sikap tapi batin tersiksa atau bersikap cuek dan masa bodoh tapi diomongin orang. Kira-kira kalau kamu pilih mana? Sampai sekarang saya lagi nyoba berusaha cuek biar nggak makan hati, biar nggak tertekan batinnya. Karena kalau saya mengalami tekanan batin, saya sendiri yang susah. Orang lain mah cuma sekedar komentar aja. Ngurusin enggak, komentar iya. Capek kan jadinya.

2. Ganti job description.
Jadi ya, dulu saya selalu menunggu-nunggu kapan saya bisa ganti kerjaan dari kerjaan sebelumnya. Kejadian tahun ini, saya ganti kerjaan. Masih di bagian yang sama sih, cuma job description-nya ganti. Dulu-dulu saya mbayanginnya kalau udah ganti kerjaan, saya bakalan seneng banget, tapi saya sempet galau lho awal-awal lol. Memang saya juga bingung maunya saya apa. Tapi, Alhamdulillah galaunya nggak lama. Sekarang mulai mensyukuri kerjaan baru, karena sekarang saya bisa nyambi sama kerjaan lain dan bisa fokus ke kehidupan pribadi. Dari sini saya beljar buat cepet move on. Nggak terjebak sama kata-kata "coba masih ....". Soalnya hidup juga jalan terus.

3. Belajar Reksadana
Dulu pas kuliah sih saya belajar soal reksadana ini, tapi pas lulus ya udah jadi lupa deh. Karena banyak baca-baca soal investasi, dan kepikir sekarang saatnya untuk mulai merencanakan keuangan, akhirnya saya mulai belajar investasi pakai reksadana. Kenapa pilih reksadana, karena reksadana nggak seribet saham, bisa disesuaikan sama profil risiko kita, minimal investasi rata-rata Rp100.000 dan gampang dicairkan. Satu lagi, reksadana mampu ngikuti gejolak inflasi, jadi nilai uang kita lebih terlindungi. Karena udah lama nggak baca-baca soal reksadana, saya bener-bener belajar dari 0 lagi. Dan sekarang masih trial eror sih. Jadi kita tunggu aja beberapa bulan ini.

4. Baperan amat sih?
Pernah nggak sih kamu dikomenin orang yang sebnernya bikin kamu tersinggung atau sakit hati, tapi kalau kita komplain dibilanginnya kita nggak bisa diajak bercanda, kita baper dll. Saya sempet mikir lho, apa iya, saya nggak bisa diajak bercanda apa saya terlalu baper. Tapi, habis baca dari tulisan orang lain yang kira-kira intinya adalah "level baper dan sikon yang bikin orang baper itu beda-beda ". jadi satu sama lain nggak bisa disamakan. Apalagi cewek ya. siapa tau dia lagi PMS, makanya level bapernya tinggi. Atau memang orangnya gampang sakit hati. Di sekitar saya masih ada nih kayak gini, kalau bercanda kadang-kadang senaknya sendiri, hanya karena di cricle mereka, mereka biasa bercanda kayak gitu. Terus menyamaratakan orang lain deh. Tapi mereka lupa, untuk lebih menahan omongannya. Ya karena itu tadi, level baper dan penerimaan orang beda-beda. Bolak-balik saya dinasehatin buat cuek, buat mengabaikan komentar orang. Jujur, sampai sekarang masih agak susah sih. Habis dinasehatin sih iya cuek, 5 menit kemudian baca di WAG yang nyindir-nyindir terus mulai baper lagi hahahahaha... Jadi ya gitu, belajar jadi lebih cuek dan bodo amat itu ternyata nggak bisa instan.

5. Potong rambut sendiri
Sejak berhijab, urusan potong rambut ini agak-agak bikin susah nih. Di salon langganan saya dulu, yang motong cowok, dan saya cocok sama hasil potongannya. Nyari-nyari alternatif lain di salon khusus muslimah gitu, saya nggak cocok sama hasil potongannya. Akhirnya dengan berbekal mantengin youtube, coba-coba deh potng rambut sendiri. Kalau nonton di youtube sih gampang ya, begitu nyobain sendiri, kok nggak segampang ngeliat sih T_T. Awalnya berniat potong model bob nih. Tapi, karena nggak bisa-bisa akhirnya ganti model potongan rata. Dan hasil akhirnya, ternyata nggak jauh beda sama hasil potongan di salon muslimah tadi. Nggak tau harus seneng atau sedih nih. Masih kurang rata sih hasil potongan rambut saya, tapi lumayanlah nggak kelihatan-kelihatan amat.

Fiuh.... sebenernya saya masih pengen nulis tentang macem-macem sih. Salah satunya tentang udah nggak nyaman sama lingkungan kerja. Tapi kalau nulis, ntar isinya curhat semua. Jadi, nulis segini dulu deh. Semoga saya segera bisa punya ide buat nulis yang lain.