Saya sama adik saya suka banget sama kentang goreng dengan berbagai versi. Mau yang model french fries ataupun kentang digoreng sendiri. Paling seneng sih sama kentang beku yang dijual di supermaket itu. Apalagi yang rasa keju. Sayang, harganya lumayan mahal. Lagian juga nggak bagus kan keseringan makan kentang goreng gitu.
Dulu, kalau nggoreng kentang sendiri, hasilnya nggak mungkin sama kayak kentang beku yang dijual di supermaket itu. Hasilnya cepet lembek, alias garingnya nggak bertahan lama. Pernah sih nyari resep biar bisa bikin kentang yang ala-ala kentang beku, tapi selalu males nyobain.
Sampai, pas kemaren jajan di Ling Ling Fruit Bar dan pesen potato wedges, adik saya minta dimasakin yang kayak gitu. Kalau dirasain sih, kentang versi Ling Ling kriuk-kriuk di luar tapi dalemnya lembut. Terus kayak ada lapisan tepung gorengnya gitu. Nyari-nyari resep di internet, tapi rata-rata sih hampir sama resepnya. Akhirnya pas hari Minggu nggak keman-mana, nyobain bikin kentang goreng sendiri. Untuk lingk resepnya sih, banyak di internet. Kalau yang di bawah ini versi saya. O, iya saya udah bikin dua kali dengan dua cara yang berbeda. Hasilnya pun jadi beda. Jadi, disesuaikan aja sama selera masing-masing.

Bahan
4-5 buah kentang ukuran besar
garam secukupnya
8 sdm tepung beras
4 sdm tepung bumbu
Air untuk merebus
minyak goreng untuk menggoreng

Cara membuat
1. Kupas kentang dan potong potong dengan bentuk sesuai selera. Kalau saya dimodel potato wedges, tapi tipis-tipis. Hasilnya lebih banyak soalnya.
2. Didihkan air secukupnya (kira-kira samapi kentangnya terendam). Jangan lupa masukkan garam kedalamnya. Kalau pengen kentangnya asin, masukin garamnya lebih banyak. Kalau cuma gurih, garamnya secukupnya aja.
3. Setelah mendidih, masukkan kentang ke dalamnya. Untuk lamanya perebusan, saya kemaren pakai dua macam versi. Yang pertama sekitar 15-20 menit, sampai kentang empuk. Kelebihannya sih, tekstur kentang goreng akan lebih lembut, kekurangannya, kentang jadi gampang hancur. Kedua kali saya merebus selama 10 menit saja. keuntungannya, bentuk kentang lebih bagus, tapi teksturnya nggak selembut ketika direbus lebih lama.
4. Tiriskan kentang dan diamkan sampai dingin.
5. Dalam wadah bertutup (kayak tupperware atau lock & lock) masukkan tepung beras dan tepung bumbu. Perbandingannya anatar tepung bumbu dan tepung beras juga terserah sebenarnya. bisa 1:1 atau 2:1. Bisa banyak tepung berasnya daripada tepung bumbunya. Masukkan kentang yang sudah dingin ke dalamnya. Kemudian tutup dan kocok-kocok wadah tersebut (ini salah satu cara tercepat untuk membalur tepung ke bahan makanan). Setelah semua kentang terbalur tepung, tutup rapat wadah dan disimpan di frezer selama minimal 2 jam.
6. Setelah 2 jam, kentang bisa digoreng. Untuk sisa kentang, jika misalnya tidak semua digoreng bisa dimasukkan lagi ke dalam frezer. Kalu tahan berapa lama di frezer, kurang tau. Soalnya biasanya dua kali goreng si kentang juga sudah habis.

Dengan resep di atas, kentang jadi nggak mudah lembek dan jadi kriuk-kriuk. Dan untuk rasanya, malah jadi mirip sama singkong keju. padahal, tanpa keju lho.

PS. Ternyata kalau kentangnya disimpan di frezer lebih dari 24 jam, malah jadi lebih susah digoreng. Soalnya si kentang bakal jadi es batu. Nah, pas dipisah-pisah malah jadi patah-patah deh, soalnya si kentang jadi lembek. Jadi, lebih baik, disimpan di kulkas jangan lebih dari 24 jam. Kalaupun mau disimpan lebih dari 24 jam, lebih baik disimpan di chiler aja. 

Selamat mencoba.

Sudah beberapa lama ini di jogja, lagi nge-tren tempat-tempat makan yang menawarkan dessert. Macem-macem, mulai dari dessert ala asli Indonesia sampai yang Asia. Tinggal dipilih, mau yang mana... Sayangnya, saya belum sempet mencoba tempat-tempat baru itu. Paling yang dicobain baru semacam bubble tea doang. Pengen sih yang lain, tapi ya itu, kantong berbicara. Habis, menurut saya, dessert dengan harga lebih dari Rp20.000,- itu kok ya sayang aja, pas mau belinya... Secara, kan saya pasti ngajak adik saya. Ngajak itu berarti nraktir. Lha, kalau seorang aja bayar 20ribu lebih, berarti untuk dua orang kan saya bisa bayar 40ribu lebih. Makanya, sayang kan.. Kecuali, kalau makan berat, baru deh masih lebih rela ngluarin duitnya. Jadi, ya sampe sekarang, cukup baca reviewnya aja, di blog-blog kuliner... Kalau saya, cukup mencari yang terjangkau saja.
 Salah satu, ya yang lumayan terjangkau harganya, adalah Ling Ling Fruit Bar, di Jl. Alamanda, Gejayan. Ancer-ancer paling gampang sih, depannya Swiss house itu kan ada Indomaret, nah sebelahnya ada jalan tuh, belok aja di jalan itu. Kalau nggak salah, tempat ini buka jam 11 siang. Tutupnya nggak tau sih, soalnya saya lebih suka dateng ke sana pas jam buka, soalnya menunya biasanya masih lengkap. O, iya ada yang agak nyebelin nih, waktu saya pertama kali datang ke sana. Bukan dari Ling Ling-nya, tapi dari warung mi ayam di depannya. Jadi, kan saya datang jam 12-an tuh, yang meruapakn jam paling ramai di tempat itu... Karena, nggak ada tukang parkir, dan parkirannya penuh, otomatis saya parkir di bagian paling barat, alias di depan warung mi ayam itu... Eh, sama ibu yang jual mi ayam, ditegur aja dong, dibilang nggak boleh parkir di situ. Akhirnya, karena sebel nggak jadi deh, jajan di situ... Kali kedua kesana, malah kepagian belum buka. Tapi, akhirnya berhasil dapet satu tempat di sana.
Dari tadi, saya ngomongin Ling Ling Fruit Bar, tapi belum ngasih deskripsi ya, apa sih jualannya si Ling Ling ini. Jadi Ling Ling ini menawarkan menu sup buah. Tapi bukan sup buah biasa lho. Di sup buah ini, kuahnya nggak cuma air gula atau sirup, tapi jus buah. Bahkan bukan cuma rasa jus buah seperti jus jeruk, strawberry, jambu, pepaya, anggur aja, tapi ada rasa green tea, Thai tea, smoothies, yoghurt dan lain sebagainya. Bahkan ada juga rasa bubble gum Bukan cuma menawarkan sup buah dengan kuah berbagai ras, tapi juga ada jus buah segala di sana. Minuman lain, semacam coklat panas sama teh juga ada. Jadi lengkap deh. Kalau cemilannya sih, cuma terbatas. Kalau seinget saya, ada samosa, french fries, potato wedges, siomay, risoles sama fruit toast. Cemilannya, ringan-ringan aja, soalnya makan sup buahnya sendiri udah bikin perut kenyang (kalau saya lho ya).
Pertama kali kesana, saya pilih Red Ling Ling, sup buah dengan kuah jus strawberry. Sedangkan adik saya pilih Fresh Ling Ling, sup buah dengan kuah jus jeruk. Untuk makanannya, pilih potato wedges.

Fresh Ling Ling, Red Ling Ling sama potato Wedges

 Untuk isian buahnya sih dominan semangka. Isian lainnya ada melon, apel, pear, anggur, stwaberry, buah naga sama agar-agar. Kuahnya jus-nya sih pakai susu. Potato wedgesnya juga enak dan jadi ide buat bikin sendiri di rumah. Per mangkok sup buah gitu dihargai mulai dari 10ribu. Kalau yang kuahnya smoothies, kayaknya sekitar 15ribu. Kalau snacknya sih dibawah 10 ribu semua. Untuk potato wedges di atas, kalau nggak salah sih harganya 8ribu.
Kali kedua kesana, saya pergi sama temen saya. Kali ini saya penasaran sama Fresh Ling Ling, tapi pesennya pakai embel-embel tanpa susu dan semangka (lagi menghindari dairy product soalnya). Jadinya kayak foto di bawah ini, nggak sepenuh yang isiannya lengkap kayak di atas. Tapi, saya lebih suka, soalnya nggak begitu bikin kenyang di perut dan lebih seger. temen saya pilih green Ling Ling, dengan kuah green tea. Untuk cemilannya saya pilih siomay goreng, yang bikin temen saya ngiler dan diapun akhirnya ikutan pesen siomay biasa. Saya suka bumbu siomay-nya... Rasa siomay-nya juga. Mirip dengan siomay abang-abang, tapi yang ini versi lebih bersih tentunya.

Fresh Ling Ling dan siomay goreng

Dua kali kunjungan ke sana, saya cukup puas. Soalnya harganya masih masuk akal terus juga enak. Makanya, konsumennya kebanyakan mahasiswa. Jadi, ya maklum, kalau ada rombongan mahasiswa yang agak-agak berisik. Bahkan, pas terakhir ke sana, ada satu rombongan mahasiswa yang agak banyak dan salah satu dari mereka bikin listrik korslet, gara-gara nyolokin power bank atau hp (nggak begitu jelas). Eh, udah mas-masnya yang jaga sibuk betulin listriknya (yang nggak nyala-nyala juga, sampai mereka bikin tanda istirahat), si mbak-mbak dan mas-mas mahasiswa itu tetep aja ketawa-ketiwi nggak ngrasa bersalah. Padahal, karena listrik mati itu, beberapa pesenan jadi lama banget (termasuk tempat saya)...

Entah kenapa, baru di umur segini saya tertarik buat belajar dandan.... Iya, saya nyadar kok saya agak telat.... Beda sama anak jaman sekarang, yang dari SMP aja, kayaknya lebih jago dandan dibanding saya... Tapi, lebih baik telat kan daripada nggak pernah nyadar sama sekali... Berhubung skill saya baru sampai tahap anak TK (dan belum naik-naik juga sampai sekarang) makanya alat buat perlenongan pun masih dikit. Untuk dasarnya sih udah ada, semacam eyeshadow, blush on, lipstik, eyeliner sama maskara... Tapi kalau yang canggih-canggih macam primer, eyeshadow base, concealer, foundie, dkk (iya, saya tahu namanya doang) masih belum punya... Alasannya karena, kulit saya yang rentan sama jerawat, yang saya sebut terakhir emang agak dihindarin sih. Sekarang sih baru tahap mantengin instagram, youtube dan instagram aja sih buat belajar... Cuma kok ya skill-nya belum nambah-nambah. Apalagi, saya nggak pede kalau harus pake eyeshadow, blush on dan eyeliner buat ke kantor... Jadi, cuma kalau mau ke kondangan aja, saya dandan lengkap (yang mana setahun cuma berapa kali, gimana skill-nya mau nambah ya..). Jadi, tiap hari ya cukup pakai bedak tabur sama lipstik doang. Karena, sampai sekarang yang udah nambah skill-nya baru pakai lipstik aja, jadi mau cerita soal lipstik apa aja yang pernah saya pakai...

Dari pertama kenal lipstik sampai sekarang, saya masih belum ketemu sama lipstick idaman... Karena bibir saya gelap (padahal bukan perokok lho), jadi susah cari lipstik yang cocok. Seinget saya lipstik pertama saya merk-nya Avon (jaman SMA dulu)... Sebenernya pigmentasi lipstiknya bagus lho, warnanya juga bagus. Tapi, karena nggak tau mau dipakai kemana, akhirnya lipstiknya nganggur sampai expired. Pas kuliah, dibeliin sama ibu saya lipstik Revlon warna Ginger Rose... Tapi ya gitu, karena nggak pernah dipakai, akhirnya expired dalam keadaan masih banyak. Setelah kerja, baru serius nyari lipstik. Padahal sebenernya sih saya nggak suka pakai lipstik. Soalnya berasa nggak nyaman di bibir.. Kayak berasa tebel gitu bibirnya. Tapi, kalau nggak pakai lipstik, saya jadi kelihatan pucet, mau nggak mau harus nyari lipstik yang nyaman di bibir.

Pilihan pertama jatuh ke Maybelline, karena ibu saya pakai juga... Kata beliau, lipstiknya enak dipakai... Jadi akhirnya pilih merk itu... Tapi sayangnya di saya, Maybelline kurang berhasil menutupi bibir saya yang agak gelap. Warna yang saya pilih kan warna coral, tapi jatuhnya di bibir malah warna pink tua... Coba juga yang seri watershine tapi, warnanya nggak keluar di bibir saya. Untuk teksturnya sih, tetep berasa berat di bibir....Nggak melembabkan bibir juga sih kalau di saya... Setelah lipstiknya habis, akhirnya nyari dari brand lain.

Kali ini, pilihan jatuh ke Wardah, warna peach brown... Saat itu, saya lagi naksir sama lipstik yang warnanya oranye nude... Tapi, pas dipakai ternyata malah bikin wajah keliatan kusam. Teksturnya juga agak menggumpal dan bikin bibir agak kering... Karena dibilang nggak bagus sama ibu saya, akhirnya sebelum lipstiknya abis, udah nyari lipstik lain.. Kali ini niat nyari lipstik yang jatuhnya bagus di bibir... Setelah menimbang-nimbang, akhirnya pilih revlon... Pertama nyoba warna-warna muda semacam pink muda sama nude... Ternyata warnanya nggak keluar dong di bibir saya... Padahal kalau dilihat, warnanya cantik banget... Akhirnya sama BA-nya dipilihin warna pink kecoklatan (lupa shade berapa)... Keluar sih di bibir saya warnanya... Cuma, setelah dipakai beberapa lama, di bibir warnanya jadi pink tua... Nggak baguslah... Tapi, lipstik ini bertahan sampai hampir habis.. Terus, pas ke Solo, diiming-imingi sama sepupu saya buat nyoba brand Elianto... Katanya nggak bikin bibir kering... Akhirnya nyoba satu yang di seri matte yang warnanya paling muda, yaitu warna coral. Biarpun paling muda, kalau dipake jatuhnya malah jadi oranye tua cenderung merah. Alias, wananya ketuaan buat saya. Padahal kalau pakai lipstik warna tua, bikin wajah saya juga kelihatan tua... Tapi, berhubung udah beli, ya harus dihabisin.

Gara-gara keseringan browsing sana-sini, akhirnya tertarik sama brand PAC. Tapi, karena lipstik saya masih banyak, pilih nglirik ke lipglossnya aja. Lipsgloss yang dipilih yang dalam bentuk jar itu lho... Di Jogja, brand PAC ini ada di Mutiara sama di centro. Demi diskon 15%, sayapun memilih beli di Mutiara saja. Resikonya, pilihan warnanya nggak banyak... Cuma tinggal satu, waktu itu warna 03B. Kata BA-nya sih warnanya peach. Sebenernya sih ragu-ragu, karena warna peach sepertinya nggak cocok untuk saya (inget sama lipstik wardah yang bikin wajah kelihatan kusam), tapi karena pengen banget, akhirnya dibeli deh... Dan, ternyata saya suka sama si lipgloss ini.... Kalau dipake sendirian, nggak nutup bibir saya yang gelap sih, cuma bibir jadi kelihatan sehat, karena warnanya muda banget. kayak warna peach yang muda... Kalau dipakai di atas lipstik Elianto, si lipgloss ini bisa bikin warna lipstiknya jadi lebih muda dan jadi baguuuss... Jadi warna pink bibir alias MLBB... Jadi kelihatan bibir yang sehat gitu.... Tadi pagi, sampai ditanyai sama temen saya, pakai lipstik apaan... Hihihihi, seneng dong dipuji gitu (anggap aja pujian ya). Jadi nggak nyesel beli si PAC...



Kekurangannya si Lipgloss ini, nggak melembabkan bibir... Jadi dia ngasih efek berkilau doang dibibir (kilau dalam arti bibir sehat bukan bibir berminyak ya). Jadi, kalau udah siang-siang gini bibir berasa kering deh... Terus, kalau dioles berkali-kali rasanya berat. Kan, pernah saya coba buat dioles lebih dari dua lapis, eh ternyata rasanya di bibir malah nggak nyaman... Rasanya bibir jadi tebel banget... Akhirnya, sekarang cara dipakai dengan urutan lip balm, lipstik baru lipgloss.. Masing-masing selapis aja... Itu aja masih agak kurang nyaman... Tapi, udah lumayan nggak berasa tebel banget... Next time, kalau lipstik terakhir saya udah habis, mau berburu lipstik PAC... kemaren sekilas nyobain dan liat warnanya bagus-bagus...

Kali ini nggak mau cerita soal mesin absensi yang bikin bete... Soalnya, sekarang udah baikan sama mesin absen... Sejak mesin absennya ganti baru dan rekam ulang sidik jari... Sempet sebel sih beberapa kali, soalnya kok balik lagi nggak mau baca sidik jari di tangan kanan... Tapi, ternyata mesin absennya lancar-lancar aja baca yang tangan kiri... Jadi sejauh ini, udah baikan sama mesin absen...

Mulai tahun ini, kebijakan absensi di kantor kan mulai diperketat lagi.... Bagus sih... Tapi buat orang yang males berangkat pagi kayak saya, agak nyebelin hahahahaha.... Untungnya ada kebijakan, kalau telat boleh diganti di hari yang sama... Jadi, kalau datang telat ya pulangnya telat... Cukup fair-lah ya...

Sampai dua bulan pertama di tahun 2014, saya masih suka telat sih.... Sebelnya, karena telat, jadi pulangnya pun harus telat.. Sementara nggak ada temennya yang telat juga... Jadi, kadang biar nggak takut di ruangan, milih nunggu di depan mesin absen aja (serius, saya pilih nunggu di depan mesin absen daripada di ruangan). Sampai akhirnya ada rekapan kehadiran dari bagian kepeg, soal si absen ini... Huhuhuhu terpampang dong jumlah menit telatnya... Untung (masih untung yaa) bukan di urutan paling buncit (soalnya ada yang masih lebih telat dari saya)... Pulangnya, pas cerita ke ibu saya (ya, saya masih cerita hal remeh-remeh gini ke ibu saya), langsung dong diceramahin dan disuruh berangkat pagi biar nggak telat... Nah, pas tuh momentumnya sama pergantian bulan... Jadi per Maret kemaren, saya resmi dateng pagi-pagi ke kantor... Alias berangkat jam 7 pagi dari rumah, biar pas sampai kantor, bisa jam 7.30 atau sukur-sukur sebelum itu...

Sayangnya, saya orangnya emang nggak telaten... Rekap kehaidran dua bulan kemaren, nggak saya catet, baik manual maupun di excel. Beda sama temen-temen saya, yang rajin bener buat soal catat-mencatat begini... Jadi, pas ada rekapan dari kepeg, ya pasrah-pasrah aja sih nerima rekapan itu... Soal, kemaren ada yang eror sama sistemnya, jadi nggak bisa ikut mengoreksi... Nah, belajar dari situ, akhirnya sekarang mulai ikutan merekap kehadiran, nggak cuma di buku absensi manual saja, tapi juga buku kerja sama di excel. Lengkap kan... Dan menurut rekapan yang tadi saya buat, untuk bulan maret saya telat 33 menit... Kemajuan banget dong, yang tadinya telat sampai ratusan menit, sekarang cuma tinggal 33 menit saja... Tapi, di bulan April ini, semangat berangkat pagi saya, udah mulai luntur... Balik telat lagi, meskipun nggak banyak. Semangat berangkat paginya ntah lagi liburan kemana... Besok-besok sih diniatin lagi, harus berangkat pagi... Mudah-mudahan niat saya ini bisa berhasil.