Impian Masa Kecil : Jadi Paskibraka

13.40

Tadi siang ketika mampir ke ruangan sebelah, untuk minta tolong menransferkan transaski ke temen saya, nggak sengaja melihat koran yang memuat profil seorang anggota Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka)... Langsung deh, nostalgia cita-cita masa kecil jadi datang lagi.. Yup, dulu pas kecil saya pernah punya impian untuk jadi Paskibraka... Gara-garanya dulu ngliat tayangan siaran langsung upacara bendera di Istana Negara dan merasa kalau jadi seorang Paskibraka itu keren banget.. Di mata saya mereka itu kelihatan keren dan gagah... Yang cowok ganteng, yang cewek cantik.. Selain kerennya mereka pas berbaris, seragamnya itu lho keren banget, bener-bener kepengen.... Makanya, waktu kecil, pernah punya keinginan untuk jadi seorang anggota Paskibraka.. Apalagi kakak sepupu saya berhasil jadi Paskibraka tingkat propinsi.. Makin besarlah keinginan jadi anggota Paskibraka.. Karena itulah, tiap tanggal 17 Agustus nggak pernah absen (kecuali jaman-jaman SMP atau SMA yang harus masuk sekolah juga buat upacara) untuk nonton siaran langsung Upacara Bendera di Istana Negara... Bahkan sampai sekarang..


Jaman SD dulu, setiap upacara kan petugasnya gantian antar kelas ya, lucunya saya malah nggak pernah masuk posisi sebagai pengibar bendera.. Tugas favorit saya adalah menjadi Protokoler alias MC.. Sampai lulus SD, pokoknya paling suka jadi MC... Sampai masa SMP datang.. Masa-masa MOS (Masa Orientasi Sekolah) yang berat, makin berat karena ada latihan PBB-nya (alias pasukan baris berbaris). Tapi saya seneng-seneng aja... Apalagi, masa-masa PBB itu juga sebagai ajang seleksi untuk masuk anggota Tonti (pleton inti) sekolah. Pikir saya waktu itu, "wah, kalau bisa masuk jadi anggota tonti, pasti ntar lebih gampang jalannya untuk jadi Paskibraka".. Sayangnya, kenyataan berbicara lain... Saya nggak lolos aja dong..... #hiks,nangisdipojokan. Kayaknya sih waktu itu semangat aja nggak cukup, tinggi badan ternyata cukup berkontribusi... Awalnya sih sempet sebel, tapi ternyata masih ada kesempatan lain buat jadi tim cadangan... Dan kali ini saya diterima... (hip..hip..hura). Tapi ya gitu deh, pas SMP dulu tim tontinya jarang ikut lomba... Palingan yang ikut lomba ya tim intinya aja... Tim cadangan, tidak terdengar kabarnya #yanasib. Kelas dua, berhubung jadi tim cadangan yang nggak jelas nasibnya, akhirnya males buat ikut latihan tonti lagi. 

Ketika masuk masa SMA, lagi-lagi masa-masa MOS adalah ajang seleksi awal untuk jadi calon anggota tonti. Selesai masa MOS, di suatu hari saya menerima undangan untuk datang di lapangan basket setelah jam pulang. Ternyata, saya kepilih lho untuk diseleksi lagi.... Inget, cita-cita jadi Paskibraka, maka kali ini saya nggak menyia-nyiakan kesempatan. Saat diwawancara, untuk ditanya seberapa besar persentase keinginan jadi anggota tonti, langsung semangat 45, kasih jawaban dengan angka yang gede... Dan saya diterima lho #bangga... Tapi diterimanya, kayaknya karena  saat itu yang pengen jadi anggota tonti cuma sedikit (banyak yang nggak mau). Tapi, nggak apa-apa deh, apapun alasannya, akhirnya bukan jadi tim cadangan lagi...

Masa-masa pelatihan pun dimulai... Saat itu, tim tonti senior menargetkan untuk ikut lomba PPI (Purna Paskibraka Indonesia) tingkak kota dan propinsi di bulan September dan Oktober...  Karena udah mepet waktunya, makanya latihan intensif selama 6 hari dalam seminggu pun dilaksanakan dalam jangka waktu 3 bulan... Biar jam pelajaran nggak terganggu, jam latihan adalah jam pulang sekolah... Silahkan membayangkan, jam pulang sekolah saat itu adalah jam 1 atau jam 1/2 2 dan dilanjut latihan, sampai jam 1/2 6 selama 3 bulan... Bahkan pernah, hari Minggu juga disuruh masuk... Pelatih kita saat itu ya kakak kelas 2 atau 3 dan alumni (saat hari Sabtu)... Lokasi latihan adalah di lapangan basket belakang sekolah, atau lapangan upacara belakang sekolah atau lapangan badminton... Bukan cuma fisik aja yang digembleng tapi mental juga. Latihan fisik dan bentakan sama hukuman jadi makanan sehari-hari.. Pemanasan wajib adalah lari keliling lapangan basket sebanyak 5-10 puteran... Biar nggak bosen, biasanya kita sambil nyanyi-nyanyi gitu... Setelah itu, tergantung perintah kakak kelas... Ada latihan bending (posisi kayak kita duduk di kursi tapi nggak ada kursinya) selama beberapa/berpuluh menit, ada juga latihan scotch jump terus ditambah push up (ala cewek yang disebut kneel up)... Rekor dong kneel up sampai 100 kali (pas yang nglatih kakak kelas 3)... Nah kneel up itu, ya dilakukan siang-siang gitu... Di bawah terik matahari di atas lapangan basket (tahu sendiri kan bagaimana panasnya lapangan basket saat siang)... Jadi ceritanya latihan tonti dibuat ala-ala militer gitu... Makanya, nggak heran setelah tiga bulan kulit saya jadi item, dekil, pokoknya jelek banget... 

Yang saya inget, sebulan pertama kita bener-bener digembleng fisik dan mental.. Gerakan baris-berbarisnya sih sedikit... Setelah upacara 17 Agustus, baru deh kita mulai agak banyak latihan baris berbarisnya... Karena saat itu, kita digabung sama Pajubel (alias Pasukan tujuh belas)... Kelompok elite dalam baris berbaris di sekolah... Gimana nggak elit, mereka aja latihanyya diem-diem... Nggak ada yang tahu... Tahu-tahu pas upacara tujuh belasan dan mereka keluar baru kita terkaget-kaget (kakak kelas saya hebat euy, nyimpen rahasia dan memberikan kejutan).. Soalnya, perasaan nggak pernah denger mereka latihan (bahkan anggota tonti juga nggak tahu, err kayaknya sih). Tahu-tahu muncul jadi pasukan pengibar bendera... Di mata saya, kekerenannya hampir menyamai Paskibraka.. 

Setelah latihan intensif hampir 3 bulan, akhirnya lomba pertama kita tiba... Rasanya sih bangga, latihan 3 bulan kita nggak sia-sia (dan saya lupa, pas lomba pertama ini kita menang atau belum)... Karena lomba pertama, makanya kita belum pakai seragam resmi tonti, jadi cuma pakai rok sekolah aja... Setelah lomba selesai, latihan belum berakhir, karena masih ada lomba PPI tingkat propinsi dan pelantikan. Setelah pelantian, baru deh kita dapat seragam. Jadi di lomba kedua, akhirnya kita pakai seragam... Dan setelah lomba kedua, latihan selama 3 bulan juga berakhir, alias saatnya memutihkan diri, hehehehe...

Setelah cukup kenyang dengan gemblengan fisik dan mental selama 3 bulan, cita-cita saya jadi Paskibraka pun mulai luntur. Selain udah merasa cukup dengan latihan-latihan ala-ala militer itu, saya harus sadar diri dengan tinggi badan... Lha wong, kalau di barisan pleton, saya itu ada di urutan 8 dari 10 (alias ukurannya cukup pendek). Sementara syarat utama jadi Paskibraka, tingginya minimal 160 atau 165 cm... Hiks, saya kan nggak nyampai segitu... Lagipula, saya udah cukup puas merasakan memakai seragam ala Paskibra, karena seragam tonti sekolah modelnya plek sama, cuma beda warna aja. Kalau seragam Paskibra adalah putih-putih, maka seragam tonti saya adalah atasan warna biru muda dan bawahan warna biru dongker, lengkap dengan kaos kaki selutut, kaos tangan, topi, sleyer/scarf, sepatu item dan ada satu item yang bikin bangga, yaitu pin lambang sekolah yang bentuknya sayap, mirip-mirip pinnya AU. Dan yang makin bikin bangga, seragam anggota tonti sekolah lain tidak ada yang menyamai seragam tonti sekolah saya... Makanya, saat-saat dimana saya pakai seragam itu, jadi salah satu saat dimana saya bisa merasa keren dan bangga sekali. Karena itulah, ketika kelas 2 SMA dan ada seleksi untuk jadi anggota Paskibra, maka saya menyatakan diri tidak berminat.... udah capek bok (ditambah sadar sama tinggi diri sendiri)...

Sekarang, kalau inget-inget lagi betapa dulu saya pengen banget jadi anggota Paskibra tapi ternyata akhirnya saya memilih untuk tidak ikut seleksinya, kadang-kadang agak nyesel juga sih... Tapi, mau gimana lagi, hambatan utama saya saat itu adalah di tinggi badan (ditambah, saya nggak rela rambut saya dipotong pendek). Lagipula, seleksi jadi anggota Paskibraka tidaklah gampang. Bukan hanya soal tinggi badan, tetapi juga prestasi di sekolah, sampai ketahanan fisik dan mental. Sampai saat ini, anggota Paskibraka itu tetep terlihat keren di mata saya. Menurut saya, mereka pemuda-pemudi terpilih jika dilihat dari proses selksi yang cukup ketat, apalagi anggota Paskibraka tingkat nasional (dan tahun ini, melihat para paskibraka, kayak semacam oase ditengah banyaknya remaja alay jaman sekarang, karena masih ada juga putra-putri bangsa yang nggak ikut arus generasi alay. Terdengar lebay memang, tapi kenyataan) . Berkontribusi dalam acara negara, dihadapan tamu-tamu baik dari dalam maupun luar negeri ditambah berjuta-juta mata yang menonton siaran langsung itu, benar-benar membanggakan. Bukan hanya diri sendiri tetapi juga orangtua dan sekolah... Karena itulah, sampai detik ini saya masih setia untuk menonton tayangan langsung Upacara Bendera 17 Agustus... Karena bagi saya, menonton para Paskibra itu, semacam membangkitkan nostalgia cita-cita masa kecil saya dulu. Apalagi, gebetan saya dulu adalah anggota Paskibraka juga. #Eh.  Hahahahaha...


You Might Also Like

2 komentar

  1. Saya sekarang juga menjadi cadangan ,cadangan ke 4:')
    Saya lagi di gantung
    Apa kah saya bisa menjadi seorang paskibraka:'(
    Cita" yg saya ingin kan dari kecil:(

    BalasHapus
  2. Saya sekarang juga menjadi cadangan ,cadangan ke 4:')
    Saya lagi di gantung
    Apa kah saya bisa menjadi seorang paskibraka:'(
    Cita" yg saya ingin kan dari kecil:(

    BalasHapus