Medan - Jalan-Jalan ke Danau Toba

08.55

Lagi-lagi saya cerita soal 2016 ya. Mumpung masih awal tahun, jadi kalau mau cerita soal tahun lalu, masih belum telat-telat banget. Lagian, belum ada ide juga mau cerita apa di tahun 2017 ini. Jadi, ceritanya yang udah ada di stok cerita aja deh.

Tahun lalu, akhirnya kesampaian juga saya ke Medan. Nggak mau nanggung, kali ini nggak cuma ke kota Medannya aja, tapi sekalian ke Danau Toba di Parapat. Karena ini baru pertama kalinya, makanya meskipun udah lewat tahun, nggak boleh kelewat untuk diceritakan di blog dong. Let's start the story.

Karena acara hari-hari awal di Medan adalah di Parapat, dan karena perjalanan ke Parapat sendiri cukup memakan waktu lama, makanya penerbangan dimulai dari pagi. Transit sebentar di Soetta, sekitar tengah hari, pesawat yang kami tumpangi pun berangkat ke Medan. Dua jam perjalanan, lumayan lancar. Paling nggak saya berhasil menyelesaikan film yang saya tonton di pesawat. Alhamdulillah cuaca cukup cerah waktu itu. Setelah sholat, baru deh kami keluar bandara untuk mencari kendaraan untuk ke Parapat.

Keluar dari bandara Kuala Namu, sempat bingung juga dengan kendaraan yang mau kita pakai. Sama teman sih udah diberi informasi untuk naik travel Paradep, yang memiliki tujuan langsung ke Parapat. Kalau travel lain, katanya paling mentok berhenti di Pematang Siantar. Dari Pematang Siantar nanti dilanjutkan sama travel lain. Sayangnya waktu itu, pilihan transpor ke Parapat sepertinya ya cuma travel itu aja. Untuk tahun 2016, per orang dikenai charge Rp90.000,-. Sementara kalau mau carter 1 mobil dikenai harga Rp630.000,-. Kalau pilihan transportasi lain, maaf saya kurang tahu. Karena waktu itu kita akhirnya naik travel Paradep ini. 

Awalnya sih perjalanan kita lancar, sampai di suatu daerah (yang saya juga nggak tahu namanya) itu macet banget. Apalagi jalannya sempit kan, jadi mobil nggak bisa nyalip. Setelah macet yang lumayan lama itu, baru deh kita tahu, ternyata penyebabnya ada truk yang terguling. Memang sih jalur yang kita lewati itu juga jadi jalur truk-truk pengangkut barang yang besar-besar. Jadi, kalau ada truk terguling, jalananpun jadi macet panjang. Setelah melewati macet yang cukup lama, Alhamdlillah perjalanan selanjutnya lancar. Sepanjang perjalanan kemarin yang saya ingat banyak perkebunannya. Ada perkebunan kelapa sawit, ada perkebunan karet, dan diulang-ulang aja antara dua itu. Karena kan memang itu area PTPN. Sempat juga melihat pabrik pengolahan kelapa sawit milik PTPN. 

Setelah menempuh perjalanan lebih dari 5 jam (tapi kayaknya sih nggak sampai 6 jam) sampailah kita di hotel tempat menginap. Hotel yang kita inapi ini letaknya dekat sama Pelabuhan Tiga Raja dan ada di pinggir Danau Toba, cukup strategis kan. Yang jelas, di Parapat itu hawanya dingin ya. Tapi, karena ke Danau Toba-nya kemarin pas bulan-bulan yang berakhiran "ber" jadi setiap hari ya cuma mendung, bahkan sempet hujan gerimis. Agak sayang sih, soalnya kalau cuaca cerah, pasti lebih keren lagi pemandangan Danau Toba.

Danau Toba dilihat dari hotel. Jadi hotelnya ini memang terletak di tepi Danau Toba. Mau ngrasain airnya aja bisa. Foto ini diambil pagi-pagi, dan udah kelihatan ya kalau mendung gitu. Udaranya seger banget dan yang jelas dingin. 
Udah ke Danau Toba, nggak afdol dong kalau nggak sekalian ke Pulau Samosir. Pulau yang letaknya di tengah Danau Toba itu. Untuk menyeberang ke Pulau Samosir, ada dua pelabuhan yang jadi bisa dijadikan pilihan (kalau nggak salah ya), yaitu Pelabuhan Aji Bata dan Pelabuhan Tiga Raja. Bedanya dua pelabuhan itu, katanya sih, kalau Pelabuhan Aji Bata itu untuk kapal ferry besar yang bisa mengangkut mobil. Sedangkan kalau Pelabuhan Tiga Raja, kapalnya jauh lebih kecil dan nggak bisa mengangkut mobil.

Kapal yang ada di Pelabuhan Tiga Raja. Kapal kayu ini cukup besar buat menyeberang (tapi kendaraan nggak bisa masuk ya). Kalau pengen menikmati udara danau yang segar bisa duduk di belakang itu.
Karena pelabuhan terdekat dari hotel adalah Pelabuhan Tiga Raja, akhirnya untuk ke Pulau Samosir kami memilih lewat Pelabuhan Tiga Raja. Dari hotel cukup jalan kaki kurang lebih 500 m, melewati pasar tradisional gitu. Karena belum ada yang berpengalaman ke Pulau Samosir, kami pilih naik kapal yang akan berlabuh ke Tomok. Setelah kapal hampir penuh oleh penumpang, kapal akhirnya berangkat. O, iya soal biaya, maaf saya kurang tau.

Danau Toba difoto dari dalam kapal. Masih mendung juga pas hari itu. Alhamdulillah nggak hujan.
  
Difoto di bagian belakang kapal. Jadi kapal ini pakai mesin. 
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, kapal akhirnya berlabuh di pelabuhan Tomok. 
Pintu gerbang Pelabuhan Tomok. Tuh kan mendungnya tebel banget. Udah was-was aja kalau hujan. Alhamdulillah ternyata enggak.
Turun di Tomok, kita akan disambut oleh pasar lagi. Kali ini pasarnya menjual aneka macam souvenir. Terus, kegiatan apa yang bisa kita lakukan di Samosir. Kalau kemarin, karena waktunya cuma terbatas, akhirnya kami cuma jalan-jalan di sekitar Pelabuhan Tomok. Ada beberapa objek wisata disitu. Seperti makan raja-raja dan museum rumah adat serta ikut menari Tor-Tor.
Desa Wisata Tomok di sekitar Pelabuhan Tomok. Kalau waktunya cuma sedikit, bisa ke sini aja.

Aneka souvenir. Jangan lupa ditawar kalau mau beli. Kalau jago nawar, bisa kok dapat harga murah.
Tujuan pertama adalah Museum Batak yang ada di dalam rumah adat.
Penunjuk arah ke Museum Batak.
Museum Batak. Museum yang berbentuk rumah adat Batak.
Jadi, kita bisa masuk ke dalam rumah adat itu. Di dalamnya selain dipajang berbagai macam barang-barang yang terkait sama kehidupan masyarakat jaman dulu, bisa juga foto-foto pakai pakaian adat. Selain itu di dalam juga ada toko souvenir kecil. Yang di bangunan warna merah itu lho. Karena museumnya cuma kecil, nggak perlu waktu lama untuk melihat semua koleksinya. 

Selesai mengelilingi museum dan foto-foto di meja batu itu tuh, kita lanjut jalan lagi. Tujuan selanjutnya adalah Makam Raja Sidabutar. Jadi untuk masuk ke dalam makam ini kita harus pakai ulos. Dipinjemin kok di pintu masuknya. Terus, kalau mau ngedengerin cerita tentang Raja Sidabutar, kita bisa pakai jasa semacam Tour Guide dengan biaya seikhlasnya (kalau nggak salah ingat). Jadi di dalam kompleks makam itu ada beberapa makam batu raja-raja Sidabutar. Nanti kita akan diceritain silsilahnya. Di akhir cerita kita bisa foto-foto di samping batu nisan. Setelah selesai, kita kembalikan ulosnya dengan ngasih sumbangan se-ikhlasnya. 

Kompleks Makam Raja Sidabutar.
Tujuan selanjutnya adalah ke tempat pertunjukan tarian Tor-Tor. Jadi kemarin sepertinya sih ada 2 lokasi buat melihat pertunjukan tari Tor-Tor ini dan melihat patung Sigale-gale. Kemarin sih saya nggak ikutan nari. Cuma nonton aja sama foto-foto di sekitar lokasi. 
Objek wisata Sigale-gale

Pengunjung diajak nari bareng, dan setelah itu bisa foto bareng sama patung Sigale-gale.
Salah satu yang saya foto. Semacam tugu gitu sih. Tapi saya juga nggak tau apa namanya.
Di sebelah kanan itu kan ada kain oranye, tempat Patung Sigale-gale. Di depannya buat menari Tor-Tor. Saya sih pilih foto-foto aja.
O, iya, dari pengalaman saya kemarin, di setiap objek wisata yang kita datangi pasti tertulis sumbangan seikhlasnya. Jadi memang tidak ada retribusi resmi sih disini. Bahkan foto sama patung Sigale-gale itu kalau nggak salah juga ditarik biaya lagi. Jadi kesannya agak gimana gitu. Bukan amsalah jumlah uangnya, tapi ya itu masalah nggak nyamannya aja. Mungkin akan lebih baik, kalau ada retribusi resmi di depan, yang mencakup semua biaya untuk masuk ke setiap objek wisatanya ditambah ada guide resmi yang bisa menerangkan dengan jelas. Semoga aja, bisa dibuat sistem kayak gitu.

Karena udah siang, akhirnya kami kembali lagi ke Pelabuhan Tomok. Udah ada kapal yang akan siap kembali ke Pelabuhan Tiga Raja. Kami juga nggak bisa lama-lama di Pulau Samosir, karena sore itu kami akan berangkat ke Medan. Tunggu lanjutan cerita di Medannya ya.


You Might Also Like

0 komentar